Sabtu, 24 Oktober 2015

SIAPAKAH PEMBUNUH HUSEIN?

SIAPAKAH PEMBUNUH HUSEIN?

Menurut dokumen sejarah yang ditulis oleh orang non Parsi:

Pembunuh Husein adalah seorang Majusi Parsi yang bernama JABAN bin Harmuzon. Beliau dibunuh di "kantor"nya sewaktu beliau menjabat sebagai "gubernur" Persia.

Perlu diketahui bahwa puluhan tahun sebelumnya HARMUZON (bapak dari si Jaban) ini adalah aktor intelektual pembunuhan Umar dengan pelaksana kaki tangannya si Majusi Parsi yang bernama FEROZ yang karena jasa besarnya membunuh Umar, oleh orang-orang Majusi Parsi diberi gelar kehormatan "Abu Lu'luah" (bapak si permata).

Jadi dalam kasus terbunuhnya Umar, Ali dan Husein TIDAK ADA sama sekali kaitannya dengan Suni atau Syii, tetapi antara ISLAM dan MAJUSI.

Pembunuh ALI juga seorang Majusi Parsi yang bernama Jamsed Korasani.

Kisah KARBALA hanyalah kisah FIKTIF belaka, yang diduga dikarang oleh Abu Mikhnaf, dan mereka memang mahir dalam melakukan hal ini, sebagaimana di kemudian hari mereka menciptakan makhluq FIKTIF yang bernama Muhamad bin Hasan Al-Askari yang sebenarnya tidak pernah ada.

Sumber: Catatan harian Hur bin Abdurrahman (mantan Emir Andalusia pada masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz).

Berikut kutipannya:

7 Rajab, AH 100
Walaupun situasi di Spanyol sangat terkendali dan membaik setiap hari, aku masih merasakan bahwa Khilafah di Damascus seyogyanya menugaskan seorang gubernur yang lebih berkemampuan di tanah ini. Aku akan merasa terhormat bekerja di bawah perintah dari seorang gubernur seperti ini sebagai seorang pegawai biasa, seorang prajurit. Aku sudah menyatakan keinginan ini kepada Amir-ul-Momineen.

Tanpa Tanggal
Aku memahami bahwa mustahil untuk menemukan orang sekaliber Ali, Hasan dan Hussain (r.a.). Mereka, sebagai Emir (gubernur), telah sungguh-sungguh menjadikan Iraq sebuah surga di atas bumi. Ali dan Hussain (r.a.) yang mengorbankan hidup mereka di kantor mereka yang mulia sebagai Emir. Orang-orang pengikut Majusi (Jamsed Khurasani dan Jabaan bin Harmuzan) telah berpikir bahwa dengan membunuh dua orang mulia ini, Iraq akan ….. kepada Farisis (orang-orang Persia). Tetapi darah suci Emir Ali dan Emir Hussain tidaklah ditumpahkan dengan sia-sia. Para duta besar dari pusat (Khilafah) dan tempat lain melaporkan bahwa di Al-Hijrah 100 Koofa, Basra, dan ….. adalah bahkan lebih damai dan makmur dari pada Syria, Palestine dan Mesir.

Tanpa Tanggal (suatu hari di Al-Hijrah 101)
Ah! Amir-ul-Momineen Umar bin Abdul Aziz telah pergi. Semoga Allah memberkati dia! Ia benar-benar seorang yang berkeyakinan (Iman), berkarakter, berkemauan, dan mempunyai visi.

------------------------------------

IMAM HUSSAIN, GUBERNUR IRAQ

Hazrat Hussain sebagai Gubernur Iraq! Pembaca boleh jadi merasa ragu mengapa fakta penting ini tidak diketahui umum! Tidak diketahuinya secara luas hingga hari ini tentang hal tersebut dikarenakan catatan yang asli telah dimusnahkan pada jaman dinasti Abbassiah.

Mari kita ingat kembali bahwa Abbassiah yang terakhir, Kalifah Musta’sim Billah adalah seorang penguasa yang lemah dan tidak berkelayakan. Ia telah mendelegasikan kekuasaan kerajaannya kepada Perdana Menterinya Muayyaduddin Ibn-E-Alqami, sebuah nama yang tidak sebenarnya. Nama dia yang sebenarnya adalah Nasr Nawsher Alqami. Kebanyakan sejarawan melaporkan bahwa ia adalah seorang berpaham Syiah, tetapi yang lainnya mempertahankan pendapatnya bahwa ia adalah seorang pengikut Zoroaster. Sementara itu, Naseeruddin Toosi, seorang yang berpaham Syiah yang lain, adalah ketua penasehat Hulagu Khan (cucu lelaki dari Chengiz Khan) dari Mongolia. Karena roda kekuasaan Dinasti Abbasiah dikendalikan oleh orang-orang Persia (para Ajami), maka mereka memanfaatkan kesempatan ini dengan otoritas besar pemerintahan Abbasiah. Kita telah melihat pengaruh Abdullah bin Saba, ‘Imam’ Ibn Shahab Zuhri dan Abu Muslim Khurasani dalam merumuskan doktrin Syiah dan akhirnya berhasil merobohkan Dinasti Umayyah. Oleh karena itu, orang-orang Persia yang hanya mempunyai nama Islam dan Syiah mempunyai beberapa ambisi dan tujuan yang umum. (Ajaaeb-It-Tareekh oleh Yaqoot Hamdi).

Kami telah menyebutkan bahwa komplotan Majusi bergerak dengan tujuan untuk memperlemah pusat Kerajaan Muslimin dan tetap menjaga agar Muslimin menjauh dari Al-Quran. Kita telah melihat “capaian” mereka selama masa Khalifah Muqtadar Billah.

Bagaimana sejarah tersebut dibelokkan pada skala raksasa? Bagaimana cara orang-orang Persia menciptakan perselisihan di antara Muslimin? Silahkan baca bab berikutnya.

ARSIP KHILAFAT RASHIDIIN DAN GUBERNURAN HAZRAT HUSSAIN LENYAP.

Alqami, perdana menteri kalifah Abbasiah yang terakhir, dan Toosi, ketua penasehat dan perdana menteri Hulagu Khan adalah seorang pengikut Zoroaster yang berkedok Muslim (menurut beberapa laporan berpaham Syiahh). Kerja sama/ kolaborasi mereka dan undangan rahasia dari Alqami menyiapkan jalan bagi invasi Mongol terhadap Kerajaan Muslimin. Hulagu Khan kemudian menggerebek Baghdad seperti angin topan pada tahun 1258 CE (655 H).

Singkatnya, kekhalifahan Abbasiah berakhir. Banyak Penulis sejarah yang telah melaporkan bahwa sangat banyak buku dimusnahkan dari perpustakaan Baghdad dan dilemparkan ke sungai Tigris sehingga airnya berubah menjadi hitam. Digambarkan bahwa orang-orang bisa menyeberangi sungai tersebut melalui jembatan dari buku-buku tersebut pada daerah sungai yang dangkal.
Hulago Khan, orang-orang istananya dan angkatan perangnya adalah penyembah berhala.

Melakukan penaklukan telah menjadi hiburan mereka sejak masa Changez Khan. Mereka menyerbu banyak kerajaan, bangsa-bangsa, kota-kota besar dan kota-kota kecil, dan menghancurkannya. Mereka tidak mempunyai empati dan memusuhi pengetahuan dan literatur.

Lalu, mengapa mereka melemparkan buku-buku tersebut ke sungai?

Rancangannya adalah dengan mengisi perpustakaan ini dengan buku-buku yang mewakili paham Ajami yaitu Islam nomor dua. (Meezanul Faris). Dengan anjuran Alqami dan Toosi, angkatan perang Mongol tersebut mengambil langkah pemusnahan secara ekstrim terhadap semua buku yang mereka bisa pegang dengan tangan mereka, dari rumah-rumah, dari para sarjana dan dari institusi-institusi pendidikan. Untuk detailnyaa, silahkan dilihat “Tasweer Ka Dusra Rukh”. (Sisi lain dari sebuah Gambaran) oleh Jame-ul-Uloom Allama MohiuddinTamanna Imadi.

Kami menemukan adanya acuan pada buku-buku sejarah yang diterima secara luas adanya beratus-ratus hasil karya yang lebih tua dari penulis zaman dahulu, tetapi buku-buku tersebut tidak ada lagi.

Apa yang terjadi pada buku-buku tersebut?

Terima kasih kita ucapkan kepada Muqatdar Billah dan Musta’sam Billah demikian juga Naseeruddin Toosi dan Nasr Nawsher Alqami, buku-buku yang telah diselamatkan adalah buku-buku seperti Sejarah karangan Tabari (yang dikenal sebagai Induk dari Sejarah-sejarah, Umm-Ut-Tawareekh, Tareekh-Ul-Umam Wal- Mulook, dan 30 volume Tafseer oleh “Imam” Ibn Jareer Rustam Tabari. (Ref. Mua’Jjamul Adaba). (CATATAN: Buku ini mempunyai peranan besar memecah belah muslimin hingga hari ini dan menjauhkan muslimin dari memahami Al-Quran secara semestinya).

Hasil karya dari sarjana besar seperti Abu muslim Isphahani dan Abul Qasim Balakhi, Aqeel bin Asad telah benar-benar dimusnahkan sepenuhnya yang hari ini nama mereka hanya dapat ditemukan sebagai acuan kecil dalam buku-buku dari pengarang yang lain.

Referensi: http://ourbeacon.com/wp-content/uploads/admin2/2007/08/true-history.pdf

Tiada ulasan:

Catat Ulasan